“Aku maunya disuapin, gak mau makan
sendiri. Maunya makan sambil main…”
Anak-anak memang begitu. Dunianya
adalah dunia bermain dan mereka seakan tidak pernah memiliki masalah. Ya,
begitulah mereka. Wajahnya yang lucu, bahasanya yang masih terbata-bata dan
tubuhnya yang mungil membuatku begitu menginginkannya. Bahagia sekali rasanya
bisa menghabiskan waktu dengan mereka. Salah satu tujuanku bergegas pulang dari
kampus kerumah adalah untuk bertemu dengan makhluk kecil itu. Namun yang
membuatku heran adalah, kenapa orang tua meraka sepertinya tidak merasakan hal
yang sama dengan yang kurasakan.
Lihat saja orang tua zaman
sekarang, apalagi para ibu yang bersedia menghabiskan lebih dari 10 jam
waktunya diluar rumah. Tiga bulan setelah masa persalinan, wanita karir itu
biasanya sudah mulai menjalani jadwal seperti biasa. Berangkat telalu pagi
disaat anak-anaknya sedang asyik bergulat dengan mimpi indah kemudian dia
pulang disaat anak-anaknya sudah mulai merajut mimpi kembali. Kalau begini
caranya, berarti para perempuan itu belum sepenuhnya pantas dipanggi “IBU”
bukan? Sepengetahuanku, ibu adalah wanita yang ada dimanapun kau berada. Ibu
adalah orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya bersamamu. Dan satuhal
yang paling aku ingat adalah, ibu bukan hanya wanita yang bisa memberimu uang,
uang, dan uang, melainkan bisa memberimu kebahagiaan. Titik.
Apa sebenarnya yang ada dipikiran
para ibu muda zaman sekarang? Meraka anggap apa anak-anak yang telah mereka
lahirkan kemudian secara langsung ataupun tidak mereka abaikan? Oke, mereka
memakai embel-embel “mencari nafkah” untuk keluarganya dan harus bekerja keras.
Hey, bukannya kewajiban mencari nafkah adalah tugas seorang ayah (suami)? Tidak
ada yang melarang para wanita itu bekerja, namun hanya sebatas exitensi saja, bukan keterlaluan seperti
ini. Itulah akibatnya jika para ibu muda terlalu sibuk dengan bisnisnya, dia
menjadi lupa bagaimana cara membuat sarapan, lupa cara memandikan bayinya dan
yang lebih dramatis adalah jangan-jangan dia juga mulai lupa dimana dia taruh
anak-anaknya. Menyedihkan!
Seandainya mereka tau bahwa
anak-anak itu adalah “investasi akhirat” yang sangat berharga, mungkin mereka
tidak akan melakukan hal yang tidak baik ini. Orang tua (Ibu) bertanggung jawab
penuh terhadap apa yang telah dikandung, dan dilahirkannya. Aku rasa tidak ada
seorangpun yang ingin dilahirkan lalu tidak dipedulian. Ingat, tumbuh kembang
anak bukan hanya karna uang, tapi juga ada kasih sayang. Kalian orang tua yang
suka mengabaikan anak-anak dimasa kecilnya? Bersiaplah diabaikan juga oleh
mereka ketika kalian tua nantinya. Karna setiap perbuatan pasti berujung dengan
pembalasan.
“Udah jam segini, kok Bunda belum
jemput ya?
Kalimat ini paling sering aku
dengar dari bocah kecil yang polos. Diusianya yang sedang belajar bicara dia
menyusun beberapa kosakata yang dia punya untuk mengajukan pertanyaan,
menanyakan dimana keberadaan Ibunya dengan mata yang berkaca-kaca. Sedih bukan?
Tapi pernahkah kalian sebagai ibu tau bahwa ini adalah kejadian yang paling
sering terjadi dan sikap kalian seolah-olah itu hal yang “biasa”. Pantas saja
banyak tempat penitipan anak yang dipenuhi oleh anak-anak “malang” yang
kehilangan ibu. Kadang aku ingin bertanya pada perempuan-perampuan itu, apakah
bagi mereka uang sebegitu pentingnya?
“Maaf Bunda datangnya telat ya Nak,
tadi Bunda masih banyak kerjaan di kantor…”
“Iya, tapi kan ini sudah malam.
Kenapa Bunda kerjanya sampai malam begini?
“Nak, Bunda kerja buat mencari
uang, buat sekolah Adek juga ya…”
Lagi-lagi, para wanita itu selalu
mencari pembenaran. Apakah meraka pikir dengan penjelasan seperti itu maka
anak-anak akan paham? Yang ada anak akan merasa bahwa uang lebih penting
dibanding dirinya! Anak-anak adalah orang yang paling jujur. Ketika mereka
berkata “Aku benci Bunda” maka itu artinya 100% sama dengan apa yang mereka
ucapkan. Karna anak-anak tidak pandai berpura-pura mencintai seperti yang
ibunya biasa lakukan.
Beberapa tahun setelah dia lahir,
sang ibu mulai menitipkan anaknya ditempat penitipan atau jika beruntung dia
bisa menitipkan anaknya pada orang tua sendiri. Mungkin para ibu tidak tau, bahwa anak termasuk dalam
3 amalan yang tidak terputus ketika mereka telah meninggal nanti. Ada sedekah
jariyah, ada ilmu yang bermanfaat dan yang terakhir adalah do’a anak yang
sholeh. Anak yang sholeh bukan dilahirkan, tapi diciptakan. Dan ibu adalah
madrasah utama yang membentuk karakter anak-anaknya. Namun apa yang terjadi
jika ibu lebih suka ada diluar ketimbang mendidik anak-anaknya? Hasilnya adalah
seperti yang terlihat dilapangan, banyak anak-anak yang bertingkah laku tidak
sepantasnya. Karakter seorang anak dapat dilihat dari siapa ibunya. Jika ibunya
baik, maka baik pula anaknya, begitulah sebaliknya.
sebagai calon ibu (insya Allah) aku
ingin membesarkan anak-anakku dengan tanganku sendiri. Aku ingin merawatnya,
membuatkannya sarapan, memandikannya dan memberikan pelayanan terbaik. Aku
ingin mereka benar-benar bisa membanggakan aku sebagai ibunya. Bahkan aku rela mengurangi jam kerjaku
demi mereka. Karna kebahagiaan dan kesempurnaan seorang waniita bukan dimana
dia ditempatkan dikantornya, bukan seberapa banyak piagam penghargaan, bukan pula
seberapa besar penghasilannya perbulan, melainkan bagaimana dia sukses
mendidik anak-anak yang telah
dilahirkannya. Seorang ibu adalah wanita yang sangat baik, tapi TIDAK SEMUA WANITA BISA MENJADI IBU YANG
BAIK. Dan kegagalan terbesar dalam hidup adalah gagal dalam mendidik anak.
0 komentar:
Posting Komentar