Selasa, 23 Desember 2014

Kau Tak akan Terganti

Diposting oleh AKSARA di 05.52 0 komentar


Andai bumi mampu berdiri sendiri
Tanpa mentari menerangi kemilau sunyi
Tak akan membuat artimu berganti
Dari yang kucinta, menjadi yang kubenci

Pori-pori jiwa telah lama menganga
Menelan setiap yang kupunya
Masa lalu itu adalah sejarah nyata
Bukti bahwa kau lebih memilih dia

Gelapku terselubungi garis semu
Menyatu bersama dingin penantianku
Jika dia yang kau mau,
Beri tahu aku agar tak larut menunggu

Jangan beri impian mematikan
Karna kau bukan lagi menjadi panutan
Lelah bersarang menggerogoti badan
Bagi perasaan terpendam yang tertahan 




Bukankah Aku???

Diposting oleh AKSARA di 05.49 0 komentar
Sudah berapa panjang masa yang kita habiskan?
Sewindu!
Kau lihat, kau membuangnya seperti sampah
Bahkan sampah yang kau buang itu
Tak layak lagi didaur ulang

Kau buat aku menjadi sebegitu kerdil
Dan kau menggantikan posisiku
Dengan nama yang lain


Bukankah aku yang menemanimu dari nol?
Lalu kenapa kau menggilas aku?
Bukankah aku yang membantumu mengeja rindu?
Lalu kenapa kau membelakangiku?


Membohongi Perasaan? Selalu!

Diposting oleh AKSARA di 05.32 0 komentar
Banyak dari kita membenci seorang pembohong. Saya pun begitu. Saya membenci kegiatan membohongi orang lain sebab langsung ataupun tidak, saya merasa sudah merugikannya dari berbagai aspek. Tapi lucunya, saya suka membohongi diri sendiri. Saya melakukannya secara berulang-ulang pada objek yang berbeda namun masih dengan metode yang sama.

Ini adalah kelemahan saya. Kelemahan yang sampai sekarang masih terus saya pertahankan. Saya belum menemukan cara yang bisa dipakai untuk menghilangkannya dari kehidupan saya. Bicara tentang perasaan dan hati adalah dua hal yang tidak ingin saya bahas dengan orang lain, KECUALI dengan orang yang benar-benar saya yakini.

Saya punya hati? Oh, tentu! Apakah saya memakainya? Ya. Tapi ketika seseorang bertanya bagaimana cara saya memakainya, saya langsung bungkam. Saya tidak suka diajak berbicara mengenai hal-hal 'sensitif'. Saya tau bahwa wanita dan perasaan bagai dua sisi mata uang yang tak mungkin dipisahkan. Tapi kenapa begitu sulit bagi saya bicara tentang perasaan? tentang hati? ha?

Jika nanti saya menemukan seorang teman yang bersedia membantu saya untuk lepas dari kebiasaan jelek ini, saya akan sangat berterima kasih sekali. Dia akan menjadi orang pertama tempat saya mengaku bahwa saya beruntung  sekali menemukannya dan dia adalah orang yang dengan jujur saya katakan bahwa, saya begitu menyayanginya...



Senin, 01 Desember 2014

Harapan Di Awal Desember...

Diposting oleh AKSARA di 06.02 0 komentar



Saya merasa malam ini lebih dingin dari biasanya. Hawa dingin menggiring saya duduk manis didepan benda yang lama tak terjamah dan membuka situs yang sudah mulai dilupakan. Ya, saya rindu kembali menulis, rindu bercerita panjang lebar, rindu didengarkan. Dan, hanya ini cara paling ampuh dijadikan pelampiasan. Di awal Desember, saya dikejutkan dengan rentetan kejadian yang menguras air mata. Sesuatu yang setahun terakhir tidak pernah saya produksi lagi. Saya teringat masa-masa kecil saya. Masa dimana saya tidak diuji Tuhan dengan ujian se-level ini, level 'advance'.Ada beberapa hal yang saya sesali di usia kali ini. Hemmm, belum sempat saya membahasnya satu persatu, kembali, mata ini mulai memerah, dan ada butiran bening didalamnya. Hampir menetes...

*menarik nafas panjang dan mulai kembali mengetik walau pandangan sempat buram karna airmata...

Kesibukan saya selama dua semester terakhir membuat saya lupa, bahwa ada hal-hal yang harus ikut saya perhatikan, bukan melulu tentang urusan kuliah dan kerja. Juga ada orang-orang yang harus saya berikan perhatian lebih, bukan hanya diri sendiri. Kegemaran saya hidup sendiri, menyelesaikan semuanya sendiri membuat saya menjadi tidak sadar bahwa akan ada masanya saya butuh bantuan orang lain. Saya selalu merasa yakin, sangat yakin bahwa hidup sendiri adalah hal yang menyenangkan. Itulah akibatnya, saya menjadi lupa bagaimana cara menghormati orang-orang disekeliling saya bahkan mereka yang begitu saya sayangi.

 Saya berharap Tuhan memberikan waktu lebih. Agar saya lebih bisa menghormati mereka semua. Agar mereka tidak ada yang mengeluh lagi sebab kurang dihargai oleh saya. Agar tidak ada lagi hati yang saya sakiti dan telinga yang saya lukai. Saya tau, semua ini adalah kesalahan saya. Kesalahan dari kebiasaan saya yang tidak pernah ingin disalahkan, kebiasaan yang selalu bertanya "ada apa dengan mereka?". Saya ingin membalikkan semuanya. Saya ingin memperbaiki semuanya. Sungguh, saya sama sekali tidak pernah merencanakan kejahatan apapun terhadap mereka atau siapapun itu. Sungguh. 

Saya juga berharap Tuhan semakin menekan ego saya dan meningkatkan kesabaran saya. Ke-egoisan saya yang secara langsung atau pun tidak sudah mulai mematikan sisi manusiawi saya. Ke-egoisan yang membuat saya selalu berfikir bahwa saya adalah yang paling benar sampai-sampai saya lupa pada kebenaran. Saya juga meminta agar Tuhan menyebarkan hati saya. Sabar terhadap semua yang menekan saya, sabar terhadap yang membuat saya merasa sakit dan juga bersabar pada hal-hal sepele yang sepatutnya tidak perlu saya gubris. 

Saya juga minta, Tuhan  melembutkan hati saya untuk mencintai setiap orang yang mencintai saya. Lembutkan bahasa saya kepada Mama, Papa, Abang, Keponakan, dan siapa saya yang berurusan dengan saya. Saya berharap bisa memupuk kembali sisi 'lembut' yang sempat menjadi kasar karna kejadian dimasa lalu. Rasa sakit memang seharusnya mengajarkan saya menjadi kuat, bukan menjadi kasar dan tidak beraturan.

Teristimewa untuk kedua keponakan saya, yang menjadi alasan kenapa saya selalu ingin cepat pulang kerumah. Saya ingin lebih menghabiskan waktu saya bersama dengan mereka. Ingin menggendongnya lebih lama, ingin mengajaknya berjalan setiap sore atau sekedar bermain air bersama. Saya ingin tertawa bersama, ingin tidur siang bersama, memasak untuknya dan menyuapinya makan siang. 

Kepada mama, wanita yang tidak pernah berpura-pura mencintai saya, saya ingin membahagiakannya semampu yang saya bisa. Saya ingin menjadi anak perempuan yang selalu memasang kedua telinga saya untuk semua nasehatnya, yang selalu menutup mulut saya ketika mama sempat marah kepada saya. Kepada Papa, pria yang paling saya sayangi. Saya ingin menghabiskan banyak hari dan waktu bersamanya dan bersama semua yang tidak bisa saya sebutkan namanya.

Juga kepada siapa saja yang sudah memerikan ilmunya. Maafkan saya, maafkan saya yang belum bisa dikategorikan sebagai mahasiswi yang baik. Bukan karna saya tidak mencoba, hanya saja saya selalu gagal. Tapi, setidaknya, saya sadar akan kesalahan dan tidak terus-terusan membuat pengakuan tentang kebenaran. Saya lebih suka membicarakan keburukan saya sendiri dari pada mencari kesalahan orang lain untuk mempertahankan harga diri. 

Sekarang, saya merasa lebih baik setelah saya meluapkan semuanya. Saya merasa tidak ada kesedihan yang tersisa. Ini hari baru, semangat baru, bulan baru, dan insya Allah sebentar lagi akan masuk tahun baru 2015. Selamat datang di Desember, selamat datang di harapan yang baru...

~Shinta Winanda





 

A K S A R A Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea