Saya merasa malam ini lebih dingin dari biasanya.
Hawa dingin menggiring saya duduk manis didepan benda yang lama tak terjamah
dan membuka situs yang sudah mulai dilupakan. Ya, saya rindu kembali menulis,
rindu bercerita panjang lebar, rindu didengarkan. Dan, hanya ini cara paling
ampuh dijadikan pelampiasan. Di awal Desember, saya dikejutkan dengan rentetan
kejadian yang menguras air mata. Sesuatu yang setahun terakhir tidak pernah
saya produksi lagi. Saya teringat masa-masa kecil saya. Masa dimana saya tidak
diuji Tuhan dengan ujian se-level ini, level 'advance'.Ada beberapa hal yang
saya sesali di usia kali ini. Hemmm, belum sempat saya membahasnya satu
persatu, kembali, mata ini mulai memerah, dan ada butiran bening didalamnya.
Hampir menetes...
*menarik nafas panjang dan mulai kembali mengetik
walau pandangan sempat buram karna airmata...
Kesibukan saya selama dua semester terakhir membuat
saya lupa, bahwa ada hal-hal yang harus ikut saya perhatikan, bukan melulu
tentang urusan kuliah dan kerja. Juga ada orang-orang yang harus saya berikan
perhatian lebih, bukan hanya diri sendiri. Kegemaran saya hidup sendiri,
menyelesaikan semuanya sendiri membuat saya menjadi tidak sadar bahwa akan ada
masanya saya butuh bantuan orang lain. Saya selalu merasa yakin, sangat yakin
bahwa hidup sendiri adalah hal yang menyenangkan. Itulah akibatnya, saya
menjadi lupa bagaimana cara menghormati orang-orang disekeliling saya bahkan
mereka yang begitu saya sayangi.
Saya berharap Tuhan memberikan waktu lebih.
Agar saya lebih bisa menghormati mereka semua. Agar mereka tidak ada yang
mengeluh lagi sebab kurang dihargai oleh saya. Agar tidak ada lagi hati yang
saya sakiti dan telinga yang saya lukai. Saya tau, semua ini adalah kesalahan
saya. Kesalahan dari kebiasaan saya yang tidak pernah ingin disalahkan,
kebiasaan yang selalu bertanya "ada apa dengan mereka?". Saya ingin
membalikkan semuanya. Saya ingin memperbaiki semuanya. Sungguh, saya sama
sekali tidak pernah merencanakan kejahatan apapun terhadap mereka atau siapapun
itu. Sungguh.
Saya juga berharap Tuhan semakin menekan ego saya
dan meningkatkan kesabaran saya. Ke-egoisan saya yang secara langsung atau pun
tidak sudah mulai mematikan sisi manusiawi saya. Ke-egoisan yang membuat saya
selalu berfikir bahwa saya adalah yang paling benar sampai-sampai saya lupa
pada kebenaran. Saya juga meminta agar Tuhan menyebarkan hati saya. Sabar
terhadap semua yang menekan saya, sabar terhadap yang membuat saya merasa sakit
dan juga bersabar pada hal-hal sepele yang sepatutnya tidak perlu saya
gubris.
Saya juga minta, Tuhan melembutkan hati saya
untuk mencintai setiap orang yang mencintai saya. Lembutkan bahasa saya kepada
Mama, Papa, Abang, Keponakan, dan siapa saya yang berurusan dengan saya. Saya
berharap bisa memupuk kembali sisi 'lembut' yang sempat menjadi kasar karna
kejadian dimasa lalu. Rasa sakit memang seharusnya mengajarkan saya menjadi
kuat, bukan menjadi kasar dan tidak beraturan.
Teristimewa untuk kedua keponakan saya, yang
menjadi alasan kenapa saya selalu ingin cepat pulang kerumah. Saya ingin lebih
menghabiskan waktu saya bersama dengan mereka. Ingin menggendongnya lebih lama,
ingin mengajaknya berjalan setiap sore atau sekedar bermain air bersama. Saya
ingin tertawa bersama, ingin tidur siang bersama, memasak untuknya dan
menyuapinya makan siang.
Kepada mama, wanita yang tidak pernah berpura-pura
mencintai saya, saya ingin membahagiakannya semampu yang saya bisa. Saya ingin
menjadi anak perempuan yang selalu memasang kedua telinga saya untuk semua
nasehatnya, yang selalu menutup mulut saya ketika mama sempat marah kepada
saya. Kepada Papa, pria yang paling saya sayangi. Saya ingin menghabiskan
banyak hari dan waktu bersamanya dan bersama semua yang tidak bisa saya
sebutkan namanya.
Juga kepada siapa saja yang sudah memerikan
ilmunya. Maafkan saya, maafkan saya yang belum bisa dikategorikan sebagai
mahasiswi yang baik. Bukan karna saya tidak mencoba, hanya saja saya selalu
gagal. Tapi, setidaknya, saya sadar akan kesalahan dan tidak terus-terusan
membuat pengakuan tentang kebenaran. Saya lebih suka membicarakan keburukan
saya sendiri dari pada mencari kesalahan orang lain untuk mempertahankan harga
diri.
Sekarang, saya merasa lebih baik setelah saya
meluapkan semuanya. Saya merasa tidak ada kesedihan yang tersisa. Ini hari
baru, semangat baru, bulan baru, dan insya Allah sebentar lagi akan masuk tahun
baru 2015. Selamat datang di Desember, selamat datang di harapan yang baru...
~Shinta Winanda
0 komentar:
Posting Komentar