“Shinta? Bikin puisi? Bisa-bisa matahari
jadi terbit dari timur kalo dia mendadak
pandai bikin puisi… hahahah”
Itu kalimat tujuh tahun lalu yang
masih aku ingat tentang cinta dan semua romantisme-nya. Wajar saja jika teman-teman
mengejekku lantaran aku sangat kaku dengan hal-hal yang berbau romantis apalagi
tentang cinta. Menurut seorang teman, orang yang mahir dalam menulis puisi
adalah dia yang sangat sensitif dan peka terhadap cinta. Tidak seperti aku yang
tidak pernah menghiraukan cinta. Aku bukannya tidak menghiraukan, aku peduli
dengan cinta hanya saja aku tak seperti mereka yang berlebihan dalam hal itu.
Cinta. Topic yang tak kunjung usai
jika dibahas oleh orang-orang yang sedang dalam perangkapnya. Ada yang menulis
nama orang yang dicintainya dimana saja, bahkan sampai dinding toilet umum pun
digunakan untuk menulis nama si dia, ada juga yang memasang foto orang yang
dicintai di wallpaper telfon
genggamnya, dan yang lebih parahnya adalah ada yang bermesra-mesraan di wall jejaring sosial tanpa peduli
bagaimana orang akan menilai meraka. Tidak ada yang melarang mereka jatuh
cinta, tidak ada juga yang melarang mereka mencintai seseorang, tapi jangan
keterlaluan seperti itu. Dan inilah alasan, kenapa orang yang jatuh cinta itu
terlihat SANGAT NORAK pada awalnya. Baru menjalin hubungan, baru resmi, nama
panggilanpun diganti menjadi “sayang”, “cinta”, “sweety” tidak lupa ada juga
panggilan “papa”, “mama”, “ayah”,
“bunda” dan lain sebagainya. Jatuh cinta memang membuat seseorang menjadi lebih
gila dari pada ORANG GILA SUNGGUHAN. Hahaha…
Mereka bilang cinta itu indah,
cinta itu manis, tapi beberapa saat setelah itu mereka akan berkata bahwa cinta
itu rasanya kecut, pedas, asin, dan pahit. Itu tandanya cinta yang mereka rasakan
membuat mereka tidak konsisten lantaran sering berubah-ubahnya penilaian mereka
terhadap satu hal, cinta. Cinta, cinta, cinta. Salah satu topic pembicaraan yang
paling membosankan menurutku.
“bagaimana rasanya hidup
bertahun-tahun tanpa kekasih? Ini tahunmu yang ke-delapan tanpa dia kan?
“Ya, benar. Dan aku merasa
baik-baik saja”
“Aku salut bercampur heran dengan
wanita sepertimu”
“Kenapa?”
“Sebenarnya kau punya hati tidak?
Kau pakai untuk apa hatimu?”
“Aku punya, aku memakainya untuk
menetralisir racun dalam tubuhku serta sebagai penyeimbang asam amino dalam
darah”
“Hahahah… pantas saja kau bisa
bertahan dengan kesendirianmu itu!”
Aku benar-benar muak dengan orang
yang selalu bertanya dimana aku taruh hatiku dan kapan saja aku memakainya.
Kenapa orang-orang itu terlalu sibuk mengurus yang bukan urusannya? Selalu
ingin tau siapa yang aku cintai, bagaimana aku mencintai seseorang, dan
segalanya. apakah rasa cinta harus di
uber-ube r kesana kemari? Apakah cinta harus diberitahukan kepada seluruh
dunia? Apakah aku harus berteriak-teriak kepada semua orang bahwa aku
mencintainya? Jangan mimpi aku akan melakukan itu!
“tidak semua orang didunia ini
dapat mengungkapkan perasaannya dan biarkan mereka mencintai dengan caranya
sendiri, pasti itu yang lebih indah”
Ketika aku mencintai seseorang, aku
ingin hanya aku dan dia yang mengetahuinya, dunia tak punya urusan. Aku ingin
hanya dia yang mendengar kalimat “aku mencintaimu, kekasihku” bukan semua telinga,
mereka tak punya hak. Aku ingin hanya dia yang membaca kutipan-kutipan hatiku,
bukan semua mata, mereka tak layak. (Shinta Winanda)
Berpacaran? Menyenangkan? Tidak
perlu MUNAFIK aku rasa. Menyenangkan dari segi apa? Tidak ada gunanya
kenikmatan yang haram karna akan menghasilkan penyesalan. Jika yang dicari dari
sebuah hubungan hanya rasa senang, berarti cintamu akan padam jika kau mulai
tidak bahagia bersamanya. Jika yang dicari adalah orang yang bisa mendengar
curahan hatimu, berarti cintamu akan surut ketika dia sudah bosan mendengar
semua keluhan-keluhanmu itu kan? Jika yang dicari hanya orang yang bisa
mengantar dan menjemputmu, biar aku ingatkan bahwa jangan suka memanfaatkan
seseorang yang mencintaimu.
Mencintai itu adalah pilihan. Aku
yang menentukan siapa yang pantas aku cintai dengan sungguh atau sekedarnya
saja. Tidak ada orang didunia ini yang tidak pernah menggunakan hatinya untuk
mencintai, begitupun dengan aku. Hanya saja, aku lebih suka bermain-main dengan
perasaanku bukan malah mempermainkan perasaan seseorang. Mencintai itu
menyenangkan, membahagiakan, aku tau betul bagaimana rasanya. Akan lebih
menyenangkan lagi jika kau bisa bertahan
lebih lama mencintai dia dalam diam dan ketidakpedulianmu. Aku memang
benar-benar mencintai seseorang ketika aku mengabaikannya, meninggalkannya, menjauhinya,
dan membuatnya tidak berharga. Ini memang cara mencintai orang zaman purba yang
sangat primitive, tapi aku suka. Ini seru! Sayangnya, beberapa tahun ini aku
jarang merasakan hal itu.
“boleh aku Tanya sesuatu?”
“ya…”
“Apakah ditempat ini (kampus) tidak
ada pria yang bisa menarik perhatianmu? Tidak adakah pria keren? Pria cerdas
dan pria baik yang bisa kau temukan ditempat ini?”
“Ada. Banyak malahan. Aku sering
bertemu pria yang kau sebutkan barusan. Namun apa urusannya denganku?”
“kenapa kau tidak memilih salah
satu dari mereka?”
“memilih? Maksudmu aku sebagai
wanita memilih pria-pria itu? Begitu?”
“yap…”
“Mungkin kau tidak tau bahwa
pria-lah yang seharusnya memilih wanita yang disukainya, bahkan mereka bebas MEMILIH wanita mana saja yang
diinginkannya. Sedangkan wanita, bebas MENOLAK
setiap pria yang tidak diinginkannya.”
Dan percakapan itu pun terhenti
sampai disitu. Oh sebegitu pedulinya kah orang-orang terhadap nasib
asmaraku? Pertanyaan itu hanya rasa ingin tau, aku tau itu. Tau persis.
0 komentar:
Posting Komentar