Semakin bertambah usia, bukankah semakin bijak jugalah seharusnya aku menghadapi masalah ini. Aku bukan lagi anak kecil yang setiap ada masalah, aku minta untuk di-benar-kan, bukan juga minta didengarkan semua ucapannya dan menyalahkan lawan-lawanku. Aku letih disebut EGOIS!
Ini bukan saatnya mencari siapa
yang salah, ini saatnya untuk membenahi diri. Dari semua yang terjadi, aku yang
salah dan aku meminta maaf kepadamu yang telah aku lukai hatinya. Barangkali
kau belum bisa menerima dengan tangan terbuka siapa aku, dan bagaimana aku.
Hey, kita baru saja bertemu dan
pertemuan kita masih bisa dihitung dengan jari. Jadi, wajar saja ada yang
terasa aneh bagimu ketika mendengar tentang aku. Tak perlu kau merasa penasaran
atau mencari tau lebih dalam tentang aku kepada rekan-rekan yang ada disekitar,
tidak usah.
Aku masih ingat ketika kau berkata
“saya begini lantaran saya peduli”, itu adalah kalimat singkat yang cukup menyenangkan saat didengar. Tapi
akhirnya apa? Lagi-lagi aku menemukan bukti nyata bahwa, sekedar peduli saja
tidak cukup tanpa belajar memahami seseorang. Kepedulianmu itu, mengekangku.
Kau merasa bingung dan sulit memahamiku? Sama, akupun begitu.
Itulah sebabnya kenapa aku merasa
malas sekali bercerita panjang dan lebar tentang hal-hal pribadi kepadamu,
responmu tidak enak. Aku lebih suka membuatmu penasaran agar semakin menguatkan
persepsi-mu terhadapku sebagai orang aneh, orang misterius yang sulit ditebak.
Kau pernah menulis di-blog-mu bahwa
kau sangat membenci konflik, membenci keributan, tapi tiba-tiba kau bertemu
dengan aku, orang yang melakukan semua hal yang kau benci itu. Bagaimana
rasanya? Kau dan aku telah bersiteru sejak awal kita bertemu, bahwa sejak aku
belum sempat tau siapa namamu. Pertemuan awal yang tidak baik membuat aku tak
pernah luput dari pandanganmu, dari penilaianmu.
Lantaran sejak awal kau sudah bisa
menilaiku buruk, akupun berniat membenarkan anggapanmu terhadap aku, sebagai
orang paling tidak sopan, dan lebih KURANG AJAR dari yang pernah kau sangkakan
selama ini. Kau beropini buruk tentangku kan? Jadi biarkanlah aku memberimu
sedikit ruang untuk berbahagia dengan opinimu yang ke-absahan-nya begitu lemah.Bukankah
pria memang suka dianggap benar?
Kau adalah pria yang memiliki hati
yang kadar sensitifnya begitu tinggi, sangat tinggi. Sebegitu halusnya hatimu,
satu kata saja dapat menghancurkannya. Lagipula, mana mungkin seseorang seperti
aku, wanita pembangkang dengan gaya bahasa yang keras bisa bersama dalam satu
ruangan denganmu dalam waktu yang lama? Kau lihat sendirikan hasilnya kan?
Aku tak ingin ada yang menyebutku
egois lagi, aku tak ingin menyakitimu lagi dengan tindakanku yang tidak
menghormatimu ini. Aku yang salah, aku minta maaf. Jika biasanya mengalah bukan
berarti kalah, tapi kali ini aku mengalah karna terlalu lelah. Sangat lelah…
0 komentar:
Posting Komentar